S. Ummu ChabibahPO# 556089
Indonesia
![]() |
A Muslimah. An INFP Person. "Fashbir Shabran Jamil, Washfahi Shafhal Jamil." #BePatient ✌ |
5 Desember 2018
Kali ini benar-benar dengarkan saja. Aku tak ingin balasan apapun. Aku hanya ingin bicara.
Kadang aku merutuk, mengapa aku harus pernah mendengar sebuah pepatah yang berbunyi, "Hidup segan, mati pun enggan"? Sesungguhnya itu cukup mempengaruhi cara berpikirku, dan cukup mengganggu struktur kepribadianku. Bukankah bagian dari kita adalah apa saja yang pernah kita dengar? Kita adalah subyek yang kadang tak berdaya dan menjadi obyek. Hidup memang sebercanda itu.
Maaf jika cerita yang kutulis adalah cerita yang selalu sama. Tahukah bahwa, jika seseorang masih menceritakan satu cerita berulang-ulang, tandanya itu adalah cerita yang belum usai? Masalah yang belum usai. Unfinish...

Setelah sekian lama, mereka kembali meramu itu malam ini. Begitu itu dituangkan pada cawan-cawan, semerbak ingatan lama menyeruak dengan aroma yang begitu manis.
Ada yang menarik, bahwa dulu aku yang bukan bagian dari mereka diterima dengan begitu hangat dan dekat, dan juga menyuguhiku cawan berisi itu. Aku mencoba mencicip itu, dan tiba-tiba saja aku jadi menyukai mereka dan menyukai itu. Saking sukanya hingga aku meneguk habis itu dari cawan yang diberikan padaku. Setelahnya cawan itu lalu berganti menampung kosong. Rindu. Hingga sekian lama.
Mereka kembali meramu itu malam ini. Dan menuangnya dalam cawan-cawan, termasuk juga cawanku.
Ada apa?
#himaboum2015

If the past is like a trail, then that goal is the future. And travel becomes the easiest diction to explain life.
And then what?
Let's get up from our long sleep. Dreaming is necessary, but we need the consciousness to stay alive in reality, to build our dreams into concrete manifestations in a real world. Let's step our feet.
@menapaklangkah

Katanya, hidup ini seperti roda sepeda. Putaran rodanya memang tak menjanjikan selalu berada di atas. Namun untuk berada di atas roda memang harus terus diputar, karena jika tidak maka semua sisi akan tergeletak di bawah. Mari merayu diri untuk terus mengayuh pedalnya.
@menapaklangkah

People said life is like a bicycle wheel. Wheel's round are not promising always be on top. But to be on the top, wheel must continue to play, because if not then all sides of wheel will be lie on the ground. Let's seduce ourselves to continue to pedal the pedal.
@uch173

Lama tidak menulis, jari-jariku rasanya kaku 😂
Ya, karena sejak akhir Januari lalu blogku sudah kuabaikan. Hiks..
Januari sampai awal April, sudah pasti banyak waktu yang telah terlewat. Banyak sekali cerita yang ingin aku bagikan dan menulisnya di blog, seperti yang biasa kulakukan minimal sekali dalam sebulan. Tapi ada fakta yang nggak bisa kita tolak, bahwa sekarang kita semakin menua. Julukan "Mahasiswa Semester Tua" seperti tersemat begitu saja, bahkan aku sendiri nggak paham sejak kapan dan apa yang menjadi penanda kalau kita sekarang "Mahasiswa Semester Tua" 😂
Apa karena semakin banyak wajah baru yang masuk ke kampus setiap tahun? Apakah sejak tugas terasa lebih berat dari sebelu...

Terima kasih, Ayu Utami, untuk telah mengenalkanku kepada sang satria dan wigati, Parang Jati, dan membuatku menyukainya. Sangat disayangkan bahwa kamu membunuhnya tepat di saat aku mengakui bahwa aku jatuh hati kepadanya.
“Misteri adalah dia yang jawabannya takkan pernah terpegang. Yang menempatkan kau dalam suasana kepedihan dan harapan sekaligus, yang indah dan melankoli.”
(Adakah di masa lalu kamu benar-benar merasakan hal yang sama kepada “Parang Jati”-mu, Manjali?)
~ Ayu Utami, dalam bukunya Bilangan Fu

Tidak bisakah kita mengulang kesederhanaan?
Kesederhanaan tak laku lagi.
“Karena itu, masa lalu–masa-masa yang naif dan sederhana itu–kita hidupkan lewat cerita. Cerita membuat kita boleh menjadi naif dan sederhana lagi,” ujar Parang Jati.
~ Ayu Utami, Bilangan Fu

"Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu
Kan pasti mengalir air mataku
Karena pancaran ketenanganmu
Ya Rasulallah, Ya Habiballah
Tak pernah kutatap wajahmu
Ya Rasulallah, Ya Habiballah
Aku rindu padamu"
Aku pernah membaca bait ini dan aku benar-benar menangis.
Aku membayangkan, betapa bahagia para shahabah yang hidup pada masa hidup Rasulullah.
Mereka merasa tenteram sebab di antara mereka ada yang selalu memberi kabar gembira, yang selalu berkata benar hingga hilang keraguan dan kegundahan mereka atas apa yang dikatakannya.
Selalu menguatkan umatnya hingga tak mengkhawatirkan pencapaian yang tak berhasil diraihnya dan tidak takut kehilangan kecuali kehilanga...

There are two types of college students in the world:
1. Psychology college student
2. And who is not
#lettrs #jokes #collegestudent #psychologycollegestudent

Beberapa hari yang lalu, aku dan temanku membuat acara bakar roti bersama di kosku. Sisa susu cokelat yang digunakan mereka tinggalkan untukku. Lalu aku letakkan di meja kamarku, aku letakkan di sebelah botol kecap.
Siang tadi saat makan siang, aku berniat menuangkan kecap di piring makan siangku. Kamu tahu? Hampir saja yang aku tuang di piring makanku bukan kecap, tapi susu cokelat. Apalagi kecap dan susu cokelat hampir serupa tampaknya 😂
Begitulah, walau di dunia ini banyak hal yang begitu mirip, namun sebenarnya tak ada yang benar-benar mirip. Seperti kecap dan susu cokelat. Keduanya sama-sama berwarna gelap dan rasanya manis, tapi kamu tentu tahu bagaimana jadinya bila posisi/kegu...

Jokes?
Duh, ada-ada saja tantangannya. Aku paling susah cari tema ngelucu. Karena bakatku itu nulis tema melow yang membosankan. Ahahaha.
Eh aku punya satu cerita.
Suatu hari ada seorang laki-laki yang mengungkapkan perasaannya kepada perempuan yang disukainya.
Si laki-laki berkata, "I love you."
Lalu si perempuan menjawab, "I love me too."
Sebenarnya, ini cerita salah seorang teman. Cerdas sekali jawabanmu, Mbak.
#lettrs #jokes

Hope
Sejak aku memutuskan untuk berhenti menyebar konten galau di akun-akun media sosialku, dan hanya membagikan hal-hal yang bermanfaat, atau yang membahagiakan, atau yang aku anggap lucu (pa saja asal bukan galau), aku baru menyadari satu hal. Aku menjadi orang yang takut berharap. Bukan takut pada harapan, tapi takut tidak mampu mereduksi rasa kecewa yang sangat berpeluang untuk muncul ketika manusia memiliki harapan.
"Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia." (Ali bin Abi Thalib)
Ya, yang aku maksud adalah berharap pada manusia. Kalau mimpi, tentu saja aku punya. Tuhan menyuruh manusia untuk tidak berputus asa da...

Syukr.
Pekan ini masih tentang "words". Apa kata yang paling berkesan?
Dan setelah sabar, aku memilih kata syukur.
Mengapa?
Karena, ketenangan hati hanya bisa didapatkan bagi diri yang mampu bersyukur.
Kadang, kita ingin merasakan ketenangan, tapi lupa untuk berusaha bersyukur. Berdalih dengan kalimat "Apa yang bisa disyukuri dari hidupku? Aku merasa hidupku berantakan."
Ya, karena kita selalu fokus pada harapan yang belum teralisasikan, daripada mengingat apa yang telah kita miliki. Itulah yang membuat kita belum mampu bersyukur.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-K...

Shabr.
Ya, sabar. Kata itu yang paling membekas pada ingatanku. Sejak aku menemukan sebuah ayat Al Qur`an berbunyi "Fashabrun jamiil." Salah satu ayat di surah Yusuf.
Fashabrun jamiil, hanya kesabaran lah yang terbaik untukku.
Adalah kalimat yang diucapkan Ya'kub ketika beliau kehilangan putera kesayangannya, Yusuf. Berita Allah telah lebih dulu sampai kepadanya bahwa Yusuf belumlah binasa dan apa yang dikabarkan saudara-saudaranya adalah kebohongan semata. Namun beliau tidak marah, melainkan mengucapkan kata "Fashabrun jamiil.."
Dan kesabaran Ya'kub berbuah manis. Mereka kembali dipertemukan dalam kemenangan dan kemuliaan. Begitulah balasan kesabaran.
Adakah yang mampu sesa...

#30HariMenulisSuratCinta hari ke-30
Teruntuk @PosCinta dan para punggawanya
Awalnya aku menetapkan akan menulis surat ini tanggal 14, bahkan aku telah menyiapkan draft khusus. Tapi tak jadi kulakukan, dan aku memutuskan menuliskan surat untuk kalian di hari terakhir #30HariMenulisSuratCinta 2018 yang kujalani sendiri.
Dan surat ini bukan juga draft khusus yang kutulis untuk tanggal 14 itu. Sekarang, saat menulis ini, jujur, aku tidak tahu harus menulis apa untuk kalian.
Panji Ramdana mengatakan: Sendiri itu bukan masalah. Yang masalah adalah ketika kita sendiri, dan kita mempermasalahkannya.
Betul tidak?
Ya, Bosse. Nyatanya aku tidak masalah menjalani programmu ini sendir...

#30HariMenulisSuratCinta hari ke-29
"Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum sambil berkata: Aku selalu bahagia untukmu."
Lagi-lagi aku tidak akan menyebut namamu, tapi kuyakin kamu akan tahu kepada siapa surat ini jika aku bertanya: Hai, sudah tanggal 27 yang ke berapa hari ini?
Aku begitu kagum ketika tahu kamu masih menyukaiku, di saat kamu tahu aku tengah menyukai orang lain. Dulu.
Aku jadi ingat kali pertama kita dekat, saat kamu memuji tulisan-tulisanku yang aku post di blog.
Jangan pernah menilaiku dari sekilas saja.
Aku ingin kamu tahu, aku tak sebaik apa yang aku tuliskan. Mungkin aku pun tak sehebat apa yang kamu angan...

#3oHariMenulisSuratCinta hari ke-28
Hari ini aku mendapatkan kuliah tentang Self-Fulfilling Prophecy. Semacam keyakinan yang pada akhirnya tercapai, padahal tercapainya keyakinan itu karena kita memiliki keyakinan itu hingga secara tidak sadar kita berusaha untuk mencapai itu.
Mbulet ya? Ahaha, lupakan.
Seperti diriku yang tidak memiliki kapasitas sebagai penulis. Aku menulis hanya ketika aku ingin menulis saja. Sebagai rekreasiku. Sebagai media katarsis emosiku. Hanya kesenangan saja. Lalu kamu dengan yakin mengatakan bahwa suatu saat aku dapat menjadi seorang penulis.
Jujur, aku tidak yakin.
Tapi, menurut Self-Fulfilling Prophecy, keyakinan positifmu tentangku yang kamu sa...

#30HariMenulisSuratCinta hari ke-27
Pernah mendengar pepatah "Sebab bangkai itu busuk, serapat apapun menyimpan bau busuknya akan tercium juga. Begitu pun rahasia."
Lalu bagaimana dengan cinta dalam? Apakah sia-sia jika kita bersikeras menyimpannya dalam diam, jika suatu saat akan ketahuan pula?
Tentu tidak, pikirku.
Rasa yang belum diijinkan untuk dapat memiliki, tetaplah harus disimpan rapat-rapat. Sebab walau begitu mirip, cinta dalam diam berbeda dengan rahasia. Jika rahasia diibaratkan bangkai yang semakin lama semakin busuk baunya, maka cinta ibarat anggur merah, yang kata orang semakin lama disimpan semakin nikmat diteguk.
(Namun sudah barang tentu yang Allah janjikan...

#30HariMenulisSuratCinta hari ke-26
Hari ini aku asyik sekali dengan beberapa bacaan yang kudapatkan beberapa hari yang lalu. Novel berjudul Layla & Majnun, Perempuan di Titik Nol, dan yang sedang kubaca hari ini, sebuah kumpulan cerpen lama berbahasa Melayu, Cerita Pendek Indonesia 1.
Semuanya karangan lama. Walau bagiku, sebagai generasi Indonesia jaman now, karya berbahasa Melayu itu sulit dipahami, namun membacanya begitu membuatku ketagihan. Aku menyukainya, mungkin sejak masih usia belasan.
You are what you eat. You are what you hear. You are what you read. You are your choice. And then you are what you think and anything that you believe it. Intinya, kamu adalah apa saja yang ...

#30HariMenulisSuratCinta hari ke-25
Rasa itu, barangkali awalnya sesuatu yang beku, lalu mencair seiring berjalannya waktu. Menguap ketika terasa tak lagi menyenangkan seperti dulu, lalu mengembun, menyejuk ketika hati mampu mengambil hikmah dari rasa yang telah lalu. Atau barangkali ia tak kunjung mengembun, sebab hati yang tak kunjung menerima masa lalu mengkristalkannya, mengubahnya menjadi semacam batuan-batuan kecil atau seperti serpihan-serpihan beling kaca yang justru melukai hati itu sendiri. Tanpa tahu, kapan batu-batu kecil itu dapat menyublim. Sebab setelah hati dan pemiliknya berpulang, bisa jadi batu-batu kecil itu tidak ikut pulang, melainkan menggilir menyakiti hati-hati y...

#30HariMenulisSuratCinta hari ke-24
Karena yang mencintaimu bukan hanya aku
Karena yang memperjuangkanmu bukan hanya aku
Karena yang berjuang untuk menjadi pantas untukmu bukan hanya aku
Dan karena yang mendoakanmu bukan pula hanya aku
Karenanya aku tidak berhak egois dalam mencintaimu
Karena aku percaya bahwa cinta tidak harus selalu terbalas
Mengikhtiarkanmu adalah caraku mencintaimu
Mendoakanmu adalah caraku dalam menyampaikan perasaanku untukmu
Dan mengikhlaskanmu adalah puncak dari aku mencintaimu
Karena mengikhlaskanmu sudah menjadi bagian dari aku yang mencintaimu
karena Allah
...

#30HariMenulisSuratCinta hari ke-23
Sebab definisi "waktu yang tepat" itu sendiri begitu kabur
Dan kita tak tahu bagaimana menetapkan suatu titik untuk dapat dikatakan sebagai "waktu yang tepat"
Dan kita menunda, dan kita menunggu
Sembari berharap akan datang suatu pertanda tentang "waktu yang tepat"
Terkadang ketika detik demi detik kian berlalu
Kita, yang terlalu nyaman menunggu, menjadi cemas
Jangan-jangan, "waktu yang tepat" itu sudah terlewati?
Bukankah sudah barang tentu Allah menjawab doa-doa kita?
Ya
Namun kita tak pernah tahu bagaimana cara Allah menjawabnya
Apakah dengan jawaban "Ya, dia untukmu,"
atau "Nanti, dia sudah pasti untukmu"
atau "Ya, tapi yang lain, ...

#30HariMenulisSuratCinta hari ke-22
"Cause we were just kid when we fell in love... Not knowing what is was..."
Sebenarnya lagu ini sudah lama familiar di telingaku, karena ini adalah lagu favorit temanku. Namun awalnya aku tak begitu peduli dengan lagu ini. Aku hanya tahu judulnya saja.
Lalu beberapa hari yang lalu kamu mengupload video undangan pernikahan temanmu, dan kebetulan soundtrack video itu adalah lagu ini. Saat itulah aku tertarik dengan lagu ini.
Dan aku terkesan dengan sebaris lirik yang kutulis di pembukaan surat ini.
Seperti rasamu padaku, aku terlalu lama menyadarinya. Dan begitu lama pula menyadari bahwa sebenarnya aku juga memiliki rasa padamu.
Ada satu...

#30HariMenulisSuratCInta hari ke-21
Dan kini aku mulai berlaku seenaknya. Menulis surat ini di luar batas ketentuan. Seolah sudah lelah untuk lebih konsisten. Padahal, tinggal 10 surat lagi.
Seperti harapan. Apa benar aku telah lelah untuk berharap, hingga aku lunglai dan pasrah begitu saja menyambut kenyataan?
Mungkin aku perlu seorang yang dengan baik hati menceritakan tentang seorang yang memutuskan untuk berhenti menggali, padahal berlian yang ia cari tinggal sejengkal lagi.
Atau seseorang yang dengan lembut menasehati, bahwa ketika kita mampu untuk rela, justru Tuhan mempersiapkan yang jauh lebih baik dari yang telah kita lepaskan.
Yang mana?
Entah. Ragaku lelah. Aku ...

#30HariMenulisSuratCinta hari ke-20
Sesederhana harapan, jika kamu menempatkan harapan sekecil apapun pada yang bukan tempatnya, yang kamu dapat tetaplah kekecewaan.
Maka milikilah hati seperti burung, lembut, mudah kembali kepada kebenaran, mudah menerima ilmu, dan mudah merasa takut kepada Allah.
Hingga kamu kan terbiasa menaruh harapan kepada satu-satunya tempat bergantung. Agar kamu tak mudah kecewa kepada makhluk. Agar kamu senantiasa ridha akan ketetapan-Nya.
Seberapa kamu mengenal dan mencintai dirimu? Adalah seberapa besar kamu mengenal dan mencintai Rabbmu.
Silmina

#30HariMenulisSuratCinta hari ke-19
Harusnya surat ini tertulis hari kemarin. Karena aku sakit, maka aku menulisnya hari ini.
Bukan apa, aku hanya diare.
Saat sakit di perantauan begini, tiba-tiba aku ingat 11 tahun yang lalu, saat aku sakit tipes. Tengah malam mamak mencari becak untuk membawaku ke rumah sakit.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, mamak selalu mencubitku agar mataku tak terpejam. Aku mengingatnya sebagai momen paling manis. Dimana jika biasanya mamak selalu sibuk dan lelah dengan pekerjaannya, malam itu aku dapat merasakan bahwa begitu besar rasa cintanya padaku.
Dan ingatan berjalan mundur ke dua puluh tahun yang lalu, saat mamak dan mbah memperjuangk...

#30HariMenulisSuratCinta hari ke-18
Mas Fauzi, kamu dimana? Kita semua rindu.
Iya benar, kami rindu.Tiba-tiba aku pun.
Tak banyak ingatanku tentangmu memang, mungkin Keramaian grup WhatsApp setahun yang lalu adalah satu-satunya yang tersimpan dalam memoriku. Sebab memang sejak itu, kamu tidak pernah lagi terdengar kanarmu. Kamu begitu eksklusif, hanya teman-teman ngopimu saja yang masih beberapa kali bertemu denganmu.
Mas Fauzi, kamu dimana? Kita semua rindu.
Jujur, aku benar-benar kaget ketika mendengar kamu menghilang sejak tiga hari yang lalu. Semalam Uswa membuat story sebuah video bersamamu dan teman-teman yang lain. Kukira kalian memang sedang berkumpul. Ternyata itu vi...

#30HariMenulisSuratCinta hari ke-17
Aku mengenalmu hanya dalam dunia imajiner, dan sebatas beberapa interaksi digital. Begitupun mungkin kamu padaku.
Yah, sebab kita hidup di era milenial.
Walau tersedia banyak ruang dan peluang untuk bertemu, kurasa Allah memang belum ijinkan itu.
Mengapa?
Sebab, jika via online chat saja beberapa kali aku hilang kendali, bagaimana jika bertatap muka?
Allahul musta'an.
Silmina

#30HariMenulisSuratCinta hari ke-16
Jika aku menemukan sebuah kedamaian rasa pada dirimu, tak lain karena atas izin-Nya.
Maka dari itu, walau berat dan seringkali terlupa, aku bersabar untuk memenuhi perintah-perintah-Nya. Untuk selalu berharap pada-Nya.
Semoga kita bisa menjaga hati terhadap masing-masing kita.
Terima kasih. Sampai bertemu lagi. Bukan di perpustakaan, tapi di perjumpaan terindah yang telah Allah janjikan.
Silmina
